Kamis, 03 April 2008

Niria sudah berubah

“Duh! Pusing!!!”, kata Niria sang ketua OSIS SMUN 3 yang sedang mengurusi Pensi tahunan sekolahnya. Memang tidak heran bagi kita melihatnya berkata demikian. Betapa tidak! Sudahlah menjadi ketua OSIS, ia juga menjadi ketua Cheerleader di sekolahnya. Tidak hanya dengan itu ia juga menjuarai beberapa perlombaan seperti membuat cerpen, piano,violin dan beberapa olimpiade akademik lainnya. Namun, dia tipe anak yang kuat dan berani menghadapi segala persoalan di hadapannya. Itulah mengapa dia selalu menjadi juara umum di sekolahnya. Ia bukan tipe gadis yang suka menangis di kala kekasih meninggalkannya, tetapi ia malah berkata,” Alhamdullilah!”. Wanita karir adalah tujuan ia lahir di dunia, dan menjadi sukses sampai di surga nanti. Tetapi ada kalanya pula ia sedikit melupakan Tuhan dan merasa dirinya yang terhebat sehingga kadang-kadang teman-temannya suka mengeluh tentang dirinya.

“ Nir, Nir... kamu jadi gadis jangan sebegitu sibuknya donk…,” kata Zella dengan mengelus rambut panjang tebal nan hitam milik Niria , “ sampai-sampai kamu melupakan si Ardiansyah… kasihan tahu dia…”.

“ Ardiansyah??? Ardiansyah yang sekolah mana? SMAN 1, SMUN 8, atau Don Bosco? Kasih informasi itu yang jelas dong Zell! Huu!”, balas Niria.

“ Idih! Ini anak .. aku kasih tahu malah ngebantah… Ardiansyah Putra! Pacar kamu yang di kelas 11A-IPA! Alias sekelas sama kamu! Masa begitu aja gak tahu! Kamu tuch emang udah keterlaluan ya Nir!,” bentak Zella yang kemudian meninggalkan dirinya.

Niria hanya terdiam menanggapi kemarahan temannya, ia tahu siapa yang dimaksud dengan Ardiansyah sebenarnya, namun karena pertengkaran hebat semalam, ia menjadi tidak peduli lagi terhadap si Ardi, “ Laki-laki seperti itu kok dibicarain.. buang-buang waktu lagi… “, kata Niria dengan santai.

***

Bunyi bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi, suatu bunyi yang sangat diidamkan oleh Niria. Sesampainya ia di rumah, ia langsung membuka penutup pianonya membentangkan partiturnya dan mencoba untuk memainkan lagu Minuetto karya Johann Sebastian Bach, komposer favoritnya. Bar demi bar ia lewati dengan kesabaran dan ketelitiannya dalam membaca not balok, hal ini ia lakukan dengan sungguh-sungguh untuk memenangkan perlombaan piano tingkat provinsi yang akan dilaksanakan lusa. Piano adalah hobi yang paling ia suka dari semua hobi yang ia tekuni selama ini. Karena hanya dialah yang mendapat sorat lampu dari atas gedung dan hanya dialah yang mendapat sorakan tepuk tangn dan lemparan bunga mawar dari ribuan pengunjung jika ia sedang berlomba . Tidak seperti Cheerleader atau jabatannya sebagai ketua osis, yang selalu mementingkan kebersamaan dan toleransi antar sesama. Menurut Niria itu hanyalah penghambat bakatnya yang berpotensi. Sebagai contoh, jika ia menginginkan yang ini namun temannya ingin yang itu maka sebetulnya ia sudah mengecap temannya sebagai ”Pembangkang”, dan gagal bersikap profesional seperti dirinya... Tidak terasa sudah pukul 5 lebih 13 menit, Niria segera beranjak dari kursi pianonya menuju kamar mandi dengan membawa handuknya.

Bunyi ponsel yang tidak didengar Niria sejak tadi ternyata dari Ardiansyah yang ingin meminta maaf karna telah melontarkan kata-kata kasar untuk Niria. Namun tampaknya hal itu tidak berhasil sampai sekarang. ” Niria, maafkan aku jika ku menyakitimu, aku sama sekali tidak menyangka kalau akan berakhir seperti ini...”, ungkap Ardi dalam hati.

Lain dengan keadaan hati Niria yang saat ini ia sedang di puncak kebahagiaannya. Lagu piano dalam sekejap ia bisa langsung mainkan ( biasanya butuh waktu beberapa hari untuk memainkannya dengan baik dan benar ) selain itu ia berhasil menyelesaikan seluruh masalah yang didapatnya untuk menyelenggarakan pensi di Stadion di dekat sekolahnya. Sambil bernyanyi-nyanyi lagu ” I don`t need a man ” dan tertawa-tawa seperti menikmati hidup yang selalu menyediakan kemauannya. Air dingin yang telah membasahi tubuhnya itu, ikut menyegarkan hati dan badan yang telah kelelahan sejak tadi pagi. Ya, begitulah Niria, hidupnya selalu berada dalam kecukupan... memang selalu ada masalah menghampirinya, namun sebagian besar dari masalah itu cepat lenyap dari hadapannya.

***

Inilah hari dimana acara pensi sekolah dilaksankan. Seperti biasa suara Niria mendominasi diantara ratusan suara yang berada dalam stadion itu. Ia banyak mengoreksi tatanan susunan acara yang sudah dengan susah payah Drinian buat sampai tengah malam buta… Sebetulnya Drinian sedikit sakit hati dengan perkataan Niria terhadapnya namun apa mau dikata, Nirialah ketuanya. Dia hanya wakil ketua yang sedang memiliki atasan yang kurang menyenangkan. Mengangguk terdiam hanya itulah yang dapat dilakukan oleh Drinian saat itu.

” Hai Niria! Ada yang kami mau bicarakan nich... kita ada kabar...,” belum selesai Fanny menjawab sudah disanggah oleh Niria.

“ Maaf ya Fan.. Sekarang aku lagi sibuk, nanti kalau aku lagi istirahat aku pasti hubungin kamu… daaachh!!!,” Niria berlalu begitu saja meninggalkan dirinya sendirian.

“ Sudahlah Fan.. kita harus menerima dia sebagai teman kita yang super sibuk, maklumi saja…,” kata Widi yang menggantungkan tangannya di pundak Fanny. Namun Fanny yang tampak putus asa segera menjauhkan tangan Widi dengan tangan kanannya. Ia juga pergi meninggalkan Widi sendiri dengan wajah tertunduk lemas.

Tiba-tiba datang Febiella dari belakang Widi berkata,” Ada apa dengan Fanny? Ia tampak letih. Apa kau tahu penyebabnya Widi?”.

“ Tampaknya ketua Cheerleader dan sekaligus ketua OSIS kita sedang sibuk menjalankan tugasnya bukan?,” lalu ia menoleh ke arah Febriella dan melanjutkan perkataannya,” Kita lihat….. sampai kapan di kuat…,” lalu pergi jua meninggalkannya.

Niria memiliki jabatan sebagai ketua Cheerleader yang anggotanya bernama, Fanny, Febriella, Yovita, Tasya, Imelda dan Annisa. Dulu sebelum Niria menjadi ketua OSIS, Niria dan teman-temannya selalu berkompak dalam berbagai acara. Namun sepertinya hal itu tidak dapat terlihat lagi sekarang. Semuanya sudah memiliki keperluan masing-masing. Widi anak pintar dari Kelompok Ilmiah Remaja yang juga berteman dekat dengan Niria , berpendapat hal yang sama yaitu…….. Niria sudah berubah!

***

Sudah sore hari, akhirnya pekerjaan melelahkan Niria sudah selesai dia mencoba untuk menghubungi fanny tetapi ternyata ia tidak punya cukup pulsa untuk menghubunginya lalu bersiap-siap lagi untuk tugas barunya yaitu latihan piano. Dengan penuh penghayatan Niria memulai klentingannya yang pertama. Ternyata ada yang memperhatikan dari luar jendela. Memperhatikan dengan penuh keseriusan.

Selesai sudah lagu dimainkan, tiba-tiba ada suara tepuk tangan yang wajahnya sudah tidak asing lagi bagi Niria. Dialah Netrya Grinelia, anak terkaya di sekolahnya yang memiliki prestasi segudang dalam dirinya, dialah lelaki idaman Niria sejak dulu.

“ Wow… bagus sekali permainannya. Mau tidak kamu mengajari aku?,” kata Netya dari balik jendela sambil menaruh sedua tangannya di bawah jendela.

Niria yang sangat yang malu ternyata dirinya diperhatikan, langsung keluar ruangan untuk bertemu dengan Netrya. “ Hai Net! Bagaimana kamu bisa di sini?,” tanya Niria.

“ O, ternyata kamu belum tahu ya… aku sekarang pindah rumah di daerah ini…”.

“ Oya?”, hampir berteriak kegirangan,” wow! Itu kabar bagus jadi kita bisa saling bertemu…,” selagi merka memiliki pembicaraan yang sayang untuk dilewatkan, suara E-mail masuk berbunyi, ternyata itu dari Fanny. Yang berisi : “Hai Ria! Aku harap kau segera membalasku tetapi jika tidak juga tidak apa aku tahu engkau adalah orang yang super sibuk… aku hanya ingin bercerita, bahwa tadi siang aku bertemu dengan Netrya! Ituloh anak terkeren di kelas 11-Aksel-IPA. Dan dalam seketika ku langsung jatuh cinta dengannya!!! Kau tidak bisa membayangkan bagaimana senangnya diriku ketika ku bertemu dengannya… haaahhh terasa di surga!!! Selain itu aku juga ingin memberitahu kalau anggota Cheerleader kita akan mengisi acara di pembukaan toko bermerek baju remaja yang akan di adakan besok! Jadi siap-siap yaa! Dah! Jangan lupa shalat Maghrib ya! Sampai bertemu besok!”

Sementara itu dengan asyiknya Niria dan Netrya erbincang-bincang mengenai masa lalu mereka tampak romantis di beberapa saat sampai Netrya berkata,” Wah! Tidak terasa sudah hampir malam. Aku pergi dahulu ya Nir! Sampai berjumpa besok di sekolah!”

“ Ya! Sampai berjumpa juga!,” sambil tersenyum-senyum ia menuju kamarnya. Lalu ia menuliskan sesuatu dalam buku hariannya. “ Hari ini, aku sedang bertemu dengan lelaki idaman ku! Namanya Netrya yang kelasnya bersebelahan denganku. Haaaahh! Betapa senangnya diriku hari ini!”. Sampai jam 01.00 WIB Niria lupa mematikan laptopnya, tanpa melihat-lihat apa yang ada di laptopnya ia matikan alat canggih tersebut.

***

Keesokan harinya… Fanny dengan wajah yang sangat gembira menuju ke kelas Niria yang kebetulan tidak jauh dari kelasnya yaitu kelas 11-B-IPA. Sambil membawa baju seragam baru Cheerleader mereka, tiba-tiba ia tersentak di depan pintu kelas Niria. Ia melihat pemandangan yang sangat tidak biasanya. Dengan mesranya tangan Netrya memegang tangan Niria. Hal ini juga dialami oleh Ardiansyah, wajah sedih sudah berada di mukanya walaupun ia mencoba menutup-nutupinya. Fanny melihat Niria sperti memanggil namanya, namun Fanny langsung pergi dan menangis di gudang belakang dengan tersedu-sedu. Ia mencampakkan baju yang tadinya ia ingin serahkan pada Niria. Tasya, Yovita, dan Imelda tidak sengaja mendengar tangisan itu, segera masuk ke gudang untuk meredam tangisan Fanny yang begitu menyedihkan untuk didengar.

Pada malam hari, saatnya anggota Cheerleader bersiap-siap untuk penampilan mereka sebentar lagi. Dengan wajah ketakutan Annisa berkata,” Gawat teman-teman!!! Aku tidak melihat tanda-tanda Niria disini!”.

” Apa!,” kata Tasya sambil matanya melotot. ” Niria masih belum datang juga!”

” Padahal aku sudah menaruh baju seragam kita yang baru itu di tas Niria sepulang sekolah dan juga berpesan agar ia datang malam ini juga!,” kata Yovita.

Dengan sigap Fanny mengambil ponsel N810-nya itu dari tasnya. Segera menghubungi Niria untuk segera datang ke acara tersebut sekarang juga.

Di lain tempat, di saat yang sama… Niria sedang bersenda gurau dengan teman-teman sesama pemain pianonya. Mereka semua berasal dari luar negeri. Seperti Brunetta dari Spanyol, Clarkien dari Bulgaria, Hyarza dari Peru dan lain sebagainya. Semua datang dalam satu tujuan, yaitu pertandingan piano. Tampaknya Niria sangat menikmati hidupnya hari ini. Dengan meninggalkan tasnya dirumah tanpa ada dibuka sedikitpun, ia langsung mandi dan ganti baju menuju ke tempat dia bertanding. Karena indahnya situasi tersebut sehingga ia mematikan ponselnya supaya tidak mengganggu suasana.

Nihil-lah rencana Fanny untuk menghubungi Niria yang sama sekali tidak tahu akan rencana teman-temannya ini karena susahnya menghubungi Niria. Dengan terpaksa Fanny mengganti posisi Niria sebagai kapten. Akhirnya mereka melakukan aksi panggungnya dengan wajah setengah niat, lalu setengahnya lagi tidak. Namun itu tidak menghalangi para penonton untuk memberi tepuk tangan yang sangat meriah untuk mereka. Wajah mereka terlihat girang, tetapi tidak bagi Fanny. Ia masih memikirkan keadaan Niria saat ini, sebetulnya ia masih sangat marah dengan Niria namun dilain hati ia juga masih menganggap Niria sebagai saudaranya sendiri. Tiba-tiba jepretan kamera telah menmbuyarkan pikiran Fanny atas Niria dan kembali fokus pada gerakan tariannya.

“ Maka! Berikanlah selamat bagi pemenang lomba piano klasik tingkat nasional kita! Ialah.... Niria Theresia!,” ucap pembawa acara tersebut, tepuk tangan meriah langsung memenuhi suara di dalam gedung. Dengan tersenyum-senyum memamerkan giginya yang putih tersebut. Berpuluh penonton berebut untuk meminta foto bareng dengannya.

Teman-teman yang dalam perjalanan pulang dari pertunjukannya, melihat Niria yan berada di dalam gedung di kelilingi oleh orang-orang yang mereka tidak kenal. Mereka ingin masuk tetapi kedua satpam bertubuh besar menghalangi mereka. Mereka sudah beralasan bahwa mereka ini adalah temannya, namun siapa percaya?.

Tidak lama kemudian, Niria keluar dari gedung tersebut. Sambil memegang mesra tangan Netrya, ia melihat teman-temannya diluar sedang dihalangi satpam. Segera ia mendatangi temannya itu dan menyuruh mereka masuk. Dan setelah itu dia langsung menceritakan betapa senangnya ia mendapat piala dan sudah sah menjadi kekasih Netrya.

” Wah! Kalau begitu selamat buat kamu tapi ada hal yang lebih penting lagi yang ingin kami bicarakan,” kata Fanny.

” Hah? Hal penting? Apa tidak lebih baik jika kita membicarakannya besok saja?,” kata Niria menjawab,” sekarang kita hanya perlu bersenang-senang saja!”

” Maaf Niria, tapi aku ingin membicarakannya sekarang juga!,” Tasya tampaknya sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi,” Aku ingin keluar dari anggota ini!”.

” Apa!!!,” Niria langsung berdiri melihat wajah geram Tasya dan teman yang lainnya.

” Ya Niria,” Fanny sekarang angkat bicara,” kami sudah tidak sanggup lagi dengan perilaku kamu sebagai kapten yang sama sekali tidak bis bertanggung jawab akan sesuatu yang ia buat sendiri. Dari pada kami menggantung lebih baik kami keluar saja dari kelompok ini,” lalu ia buang seragam baru yang ia buat sendiri ke tong sampah terdekat.

” Apa maksud kalian berbuat seperti ini padaku? Apa salah ku?,” Niria yang tampak sangat syok tersebut, langsung diburu para penggemarnya yang dari tadi sudah menunggunya di luar. Dalam sekejap tiba-tiba posisi berdiri Fanny, Yovita, Tasya, Annisa, Imelda dan Febriella di kacaukan oleh puluhan penggemar Niria yang sudah tidak sabar itu. Imelda dan Febriella melihat Niria diangkat oleh penggemarnya ke atas. Sementara itu Annisa dan teman-temannya dibawa keluar oleh satpam secara paksa. Mereka hanya melihat kemenangan teman mereka tetapi mereka tidak bisa merasakan hal yang sama di saat yang sama. Satu per satu mereka membakar seluruh aksesoris dan seragam mereka. Fanny terlihat menguraikan air mata tidak menyangka ini akan segera berakhir begitu saja. Di hembus angin malam ia melihat rembulan yang tertutup oleh kabut malam, namun sinarnya tetap menyala terang di atas sana. Semuanya memeluk teman yang berada di dekatnya... melihat perlahan tepi pasti, api telah memusnahkan seluruh kenangan terindah dalam masa suka dan duka, dalam tawa dan canda.

***

Saat Niria sampai di rumah, ia baru menyadari betapa bodohnya ia meninggalkan temannya seperti itu. Ia baru sadar bahwa apa yang ingin dikatakan Fanny tentang Netrya pasti telah membuat hatinya terpecah belah........ Ia pun menangis dalam keheningan malam... ditemani dengan suara derasnya air hujan dan petir yang mengguyur kota ini.

***

Keesokan harinya, hari pertama masuk sekolah setelah hari-hari melelahkan terlampaui. Niria melihat Netrya berciuman dengan gadis lain di belakang sekolahnya. Betapa hancur hati Niria sekarang. Sudahlah teman menghilang sekarang orang yang dia kira baik, ternyata telah berkhianat untuk orang lain. Dengan menangis tersedu-sedu Niria lari menuju ke kelasnya yang riuh itu.

Imelda yang melihat hal itu segera memberitahukan kepada tema-temannya. Widi berkata,” Ooo, saat inilah Niria sudah tidak kuat lagi.... ’

Teman-temannya tidak bisa berkata apa-apa, sebetulnuya mereka ingin saja jika ingin menanyakan hal itu pada Niria, namun dilain pihak mereka juga telah merasa dipermainkan oleh Niria.

Siang sudah tiba, maka di sinilah teman-temannya mengetahui inti penyebab masalah mengapa Niria menangis tadi pagi. Ternyata Netrya telah mematahkan hatinya dengan gadis lain yang ternyata gadis itu adalah temannya ia sendiri yaitu Brunetta, sesama teman pemain piano klasiknya tadi malam.

***

Sepulang sekolah Fanny segera menemui Netrya bersama teman-teman yang lain di gym biasa mereka bermain bola basket. Di situ Fanny berkata,” Heh! Kamu itu maunya apa sich dengan Niria!!! Kalau kamu menyakitinya sama artinya kau menyakiti kami tau!!!”

“Hahaha! Apa aku tidak salah dengar!,” kata Netrya dengan memegangi perutnya,” bukankah kalian sudah putus hubungan dari sejak tadi malam! Jadi..,” belum selesai Netrya menyelesaikan kata-katanya. Seseorang yang tinggi menjulang mengambil tas milik Netrya yang besar untuk membawa segala perlengkapan Netrya itu... lalu ia hantamkan pada wajah Netrya dengan sangat keras sampai dua kali. Yang untuk ketiga kalinya, Febriella langsung mengambil tas tersebut dari tangan Fanny, sehingga berakhirlah acara pemukulan yang mengakibatkan bibir Netrya itu berdarah...

” Itulah balasan bagi orang yang telah berbuat macam-macam dengan salah satu dari kami... aku menyesal pernah ada hati denganmu dulu. Namun sekarang... jangan harap!,” itulah hal terakhir dari yang Fanny katakan.

Imelda mendekat pada kuping Netrya yang tidak bisa mengucapkan apa-apa lagi ,” Ambil Brunettamu cowok tidak tahu diri dan tahu malu. Yang datang ke sini hanya untuk cari malu!,” tangan Imelda mendorong Netrya jatuh ke tanah tanpa daya.

***

Di malam harinya, Febriella dan kawan-kawan berencana menonton film. Namun pada saat TV dinyalakan. Tiba-tiba wajah Niria sudah terpampang dengan jelas di layar tersebut. Di dalamnya ia hanya berkata bahwa sebentar lagi akan di adakan acara kumpulan lagu piano klasik yang akan dibwakan langsung oleh Niria. Teman-teman yang menyaksikan hal tersebut langsung menyuruh Tasya untuk membatalkan rencana menonton film mereka. Mereka segera ingin membeli tiket masuk gedung dimana temannya itu akan berkonser.

Sudahlah mereka membeli tiketnya untuk masuk kedalam lalu mereka duduk ditempat yang sudah disediakan. Lagu pertama yaitu lagu Fuer Elise, yang dibawakan dengan merdunya oleh Niriadan seterusnya. Sampai pada lagu terakhir yang mereka tidak tahu judulnya namun mereka tahu lagu itu untuk siapa.

“ Maka di lagu terakhir ini saya dedikasikan untuk Fanny, Tasya, Imelda, Yovita, dan Febriella. Mereka adalah segalanya bagi saya, merekalah teman-teman sejati saya yang sebelumnya saya tidak ketahui keberadaannya. Dengan lagu ini saya ingin menyampaikan pesan bahwa…,” Niria terdiam sejenak,” aku sayang kalian.”

Seluruh kawan-kawan Niria melihatnya sambil berpegangan tengan tidak menyangka hal ini akan terjadi. Niria memulai lagunya tersebut. Sangat dalam arti maknanya sampai engkau tidak akan lagi mampu mencari arti lagu tersebut. Setelah selesai Fanny kemudian berteriak,” Niria!,” semua perhatian penonton tertuju pada Fanny,” kami juga masih sayang kamu.”

Lalu dari atas panggung Niria yang berpakaian gaun tersebut mendatangi seluruh teman-temannya tersebut ingin berpelukan dengan Fanny namun Fanny menolaknya. Ia memberikan teman-temannya yang lain untuk berpelukan. Saat semuanya sudah berpelukan. Niria langsung memberikan lengannya lebar-lebar ke arah Fanny, namun itu juga masih ditolaknya. ” Hey! Bukankah kita ini saudara bertengkar?” tamya Niria demgan antusias.

“ Maaf Niria tetapi aku hanya akan memaafkan engkau jika engkau berjanji tidak akan mengulangi hal yang sama lagi,” kata Fanny

“ Ya, saya berjanji,” ucap Niria penuh dengan pengharapan

“ Maka kalau bgitu sekali bertengkar tetaplah saudara…,” lalu Fanny-lah yang pertama kali memeluk Niria dengan eratnya. Maka berakhirlah pertikaian di antara mereka.

Amanat : Janganlah terlalu fokus akan sesuatu karena yang lainnya akan membutuhkan perhatian dari kita juga. Selain itu cobalah untuk tidak bersikap egois, bukankah itu sudah menjadi keinginan Niria untuk selalu menjadi sorotan. Namun ketika itu sudah didapatkan jangan lupa akan hal-hal yang mendorongmu menjadi maju. Yaitu teman setia mu.

1 komentar:

uenhta mengatakan...

bagi yang sudah membacanya bagaimana pendapat anda tentang cerita ini?